Daya Beli Masyarakat Terus Turun, UMKM Terancam

Daya Beli Masyarakat Terus Turun, UMKM Terancam

Smallest Font
Largest Font
Table of Contents

Metapasar - Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) mengungkapkan bahwa penurunan daya beli masyarakat di kalangan menengah menyebabkan perubahan dalam pola belanja kelompok tersebut. Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, menjelaskan bahwa penurunan daya beli yang terjadi setelah Idul Fitri 2024 ini disebabkan oleh semakin berkurangnya uang yang dimiliki masyarakat. Akibatnya, kelompok masyarakat kelas menengah bawah kini lebih cenderung memilih barang dengan harga lebih terjangkau.

“Karena dana yang dimiliki semakin terbatas, saat ini masyarakat kelas menengah bawah lebih memilih membeli barang atau produk dengan harga satuan yang lebih murah,” ujar Alphonzus kepada Bisnis.

Alphonzus menambahkan, perubahan pola belanja ini turut memicu maraknya barang impor ilegal, yang menawarkan harga sangat rendah karena menghindari beban pungutan dan pajak yang seharusnya. Ia memprediksi tren ini akan terus berlangsung hingga akhir 2024, sehingga pertumbuhan sektor ritel diproyeksikan hanya akan mencapai angka satu digit sepanjang tahun ini.

Namun, Alphonzus berharap perbaikan dapat terjadi pada tahun 2025, mengingat pemerintah yang baru menargetkan pertumbuhan ekonomi yang cukup ambisius, yakni sebesar 8%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Di sisi lain, ia juga meminta agar pemerintah tidak membuat kebijakan yang berpotensi menambah beban bagi masyarakat, khususnya kelompok menengah bawah, yang sudah mengalami penurunan daya beli.

Selain itu, Alphonzus juga mengusulkan agar rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% ditunda. Menurutnya, kenaikan ini bisa semakin memperlemah daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah bawah. 

“Sebaiknya, kebijakan tersebut ditunda hingga situasi ekonomi lebih stabil,” ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini melaporkan bahwa sekitar 9,4 juta orang dari kelas menengah turun ke kelompok "aspiring middle class" antara tahun 2019 hingga 2024. Pada tahun 2019, Pelaksana Tugas Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, melaporkan bahwa terdapat 57,33 juta orang dari kelas menengah, yang merupakan 21,45% dari total penduduk Indonesia. Namun, pada 2024, jumlah tersebut menurun menjadi 47,85 juta atau sekitar 17,13% dari total penduduk.

Amalia menjelaskan bahwa kelas menengah didefinisikan sebagai mereka yang memiliki pengeluaran per kapita 3,5 hingga 17 kali dari garis kemiskinan. Pada tahun 2024 di Indonesia, ini setara dengan pengeluaran antara Rp2.040.262 hingga Rp9.909.844 per bulan. Ia menyebutkan bahwa salah satu penyebab dari situasi ini adalah dampak pandemi Covid-19. 

“Kami masih melihat adanya efek jangka panjang dari pandemi Covid-19 yang memengaruhi ketahanan kelas menengah,” ungkap Amalia dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Rabu (28/8).

UMKM Jadi Korban

Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengungkapkan bahwa penurunan daya beli masyarakat juga berdampak pada pendapatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Hal ini tercermin dari Data Indeks BRI, yang menunjukkan bahwa indeks bisnis UMKM mengalami penurunan sejak kuartal III tahun 2024.

“Indeks bisnis UMKM justru menurun sejak Triwulan III 2024 akibat penurunan daya beli masyarakat, yang berdampak negatif pada UMKM. Ini tidak boleh diabaikan,” ujar Teten dalam pernyataan resminya yang dilansir oleh Disway.id.

Pandangan serupa disampaikan oleh Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad. Tauhid menjelaskan bahwa penurunan daya beli masyarakat juga terlihat dari tingkat deflasi yang terjadi di Indonesia selama empat bulan berturut-turut.

“Dari sisi ekonomi, ini menandakan adanya penurunan konsumsi. Ketika konsumsi turun, pertumbuhan ekonomi juga ikut menurun. Penurunan konsumsi ini akan memengaruhi sektor usaha yang bergantung pada daya beli masyarakat,” kata Tauhid.

Ia menambahkan bahwa sektor yang paling terkena dampak dari melemahnya daya beli ini adalah sektor usaha swasta, khususnya UMKM dan bisnis kecil yang belum memiliki brand besar.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Most Viewed