Ismail Haniyeh Pemimpin Tertinggi Hamas Tewas Oleh Serangan Israel
Metapasar - Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh telah terbunuh di Teheran, lapor media negara Iran Press TV pada hari Rabu (31/7), mengutip Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), yang merupakan sebuah sayap elit militer Iran.
Dalam pernyataan terpisah, Hamas mengatakan Haniyeh tewas bersama pengawalnya dalam apa yang mereka sebut sebagai serangan Israel di kediamannya, setelah dirinya menghadiri acara pelantikan presiden Iran. Ismail Haniyeh, yang tewas di Teheran menurut Hamas dan media Iran, adalah seorang pemimpin politik lama kelompok militan tersebut.
Pria berusia 62 tahun ini lahir di kamp pengungsi dekat Kota Gaza, dan bergabung dengan Hamas pada akhir 1980-an selama Intifada Pertama, atau pemberontakan. Seiring dengan bertumbuhnya kekuatan Hamas, Haniyeh naik pangkat dan kemudian diangkat menjadi bagian dari “kepemimpinan kolektif” rahasia pada tahun 2004. Selanjutan dia diangkat menjadi perdana menteri Otoritas Palestina pada tahun 2006.
Pada tahun 2017 ia menjadi kepala kelompok tersebut dan segera setelah itu dinyatakan sebagai "teroris global yang ditetapkan secara khusus" oleh Amerika Serikat. Selama bertahun-tahun, ia berpartisipasi dalam pembicaraan damai dengan mantan Presiden AS Jimmy Carter, dan bertemu dengan pemimpin dunia lainnya termasuk Emir Qatar, Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, serta diplomat China Wang Kejian awal tahun ini.
Hamas juga menyebut bahwa pada bulan April lalu, serangan udara Israel menewaskan tiga putra Haniyeh dan empat cucunya. Pada saat itu, Haniyeh yang tengah berada di Qatar menegaskan bahwa kematian mereka tidak akan mempengaruhi pembicaraan gencatan senjata dan sandera yang sedang berlangsung.
Kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh adalah "operasi Israel yang paling signifikan pertama sejak 7 Oktober," kata Analis Politik dan Kebijakan Luar Negeri CNN Barak Ravid.
Militer Israel mengatakan kepada CNN bahwa mereka “tidak akan memberikan tanggapan atas laporan yang disampaikan oleh media asing,” setelah media negara Iran melaporkan kematian Haniyeh. Meskipun Haniyeh tidak signifikan bertindak secara militer, ia menjadi sosok yang paling bertanggung jawab atas hubungan internasional kelompok tersebut dan merupakan penghubung utama dengan mediator Mesir dan Qatar mengenai kesepakatan sandera dan gencatan senjata di Gaza, kata Ravid.
Pemerintah Israel melihat Haniyeh sebagai salah satu yang bertanggung jawab atas serangan Hamas pada 7 Oktober, dan otoritas Israel telah berjanji untuk memburu mereka yang bertanggung jawab atas serangan 10 bulan yang lalu yang kini telah melibatkan Timur Tengah dalam konflik.
Kematian Ismail Haniyeh mengirimkan “pesan yang sangat kuat,” kata Matthew Levitt, Fromer-Wexler Senior Fellow di Washington Institute for Near East Policy.
“Saya pikir orang Israel akan melakukan segala cara untuk memperjelas bahwa tidak akan lagi aman bagi para pemimpin kelompok teroris untuk berjalan dengan bebas di negara-negara yang menyediakan tempat perlindungan bagi mereka, sementara mereka mempromosikan pembunuhan orang-orang yang tidak bersalah,” kata Levitt.
Kematian pemimpin politik Hamas Haniyeh terjadi hanya berselang satu hari setelah Israel mengatakan serangannya di Beirut membunuh komandan militer paling senior Hezbollah, Fu'ad Shukr. Seorang pejabat senior pemerintah Lebanon mengatakan kepada CNN bahwa Shukr selamat.
Iran telah menghabiskan bertahun-tahun berinvestasi dalam kelompok proksi regional, yang secara informal dikenal sebagai “Poros Perlawanan”, yakni sebuah aliansi anti-Israel dan anti-Barat. Kelompok-kelompok tersebut ditengarai mendapatkan pasokan uang, senjata, dan pelatihan saat Teheran berusaha memperluas pengaruhnya di seluruh Timur Tengah.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow