Kerusuhan Berbalut Rasisme Meletus di Inggris

Kerusuhan Berbalut Rasisme Meletus di Inggris

Smallest Font
Largest Font

Metapasar - Sebuah gerakan sayap kanan yang didorong oleh disinformasi telah membawa ketakutan dan kekerasan ke kota-kota di seluruh Inggris dan Irlandia Utara. Hal ini kemudian memicu aksi tandingan berupa protes.

Setelah lebih dari seminggu kekerasan sporadis dari kelompok sayap kanan, ketegangan tampaknya mereda di Inggris pada Rabu (7/8) malam. Ada sebanyak 30 lokasi yang terkait dengan layanan imigrasi, sebelumnya ditengarai bakal menjadi target serangan kerusuhan. Namun rupanya ada lebih banyak polisi ketimbang para perusuh dan juga pengunjuk rasa tandingan.

Selama beberapa hari sebelumnya, kerusuhan rasis dan anti-imigran telah berkobar di lebih dari selusin kota dan kota kecil di seluruh Inggris dan Irlandia Utara. Lebih dari 400 orang ditangkap, menurut kelompok kepala polisi, mengutip dari BBC. Banyak dari mereka telah dibawa ke pengadilan. Beberapa sudah mulai menjalani hukuman penjara.

Pemicu kerusuhan ini adalah kemarahan atas serangan penusukan dengan senjata tajam yang menewaskan tiga gadis muda dan penyebaran berita palsu secara online tentang pelakunya.

Mereka yang berpartisipasi dalam kerusuhan ini berasal dari kelompok-kelompok kecil yang mendadak muncul dan tidak mendapat dukungan yang signifikan. Bahkan ditolak oleh politisi yang mencoba menyalurkan ketidakpuasan publik yang lebih luas tentang imigrasi. Namun, hal itu tidak membuat kekerasan menjadi mudah untuk dihentikan.

Berikut adalah garis waktu bagaimana kerusuhan tersebut berkembang.

Kasus Penusukan Anak

Seorang penyerang yang membawa pisau menyerbu ke dalam kelas tari dan pembuatan gelang untuk penggemar muda Taylor Swift di Southport, sebuah kota pesisir di barat laut Inggris. Serangannya menewaskan tiga gadis, yakni Alice Dasilva Aguiar (9), Elsie Dot Stancombe (7) dan Bebe King (6). Delapan anak lainnya dan dua orang dewasa terluka parah.

Polisi menangkap Axel Rudakubana, seorang remaja dari desa terdekat, Banks. Di bawah aturan privasi yang ketat untuk tersangka di bawah 18 tahun, pihak berwenang awalnya hanya mengidentifikasi dia berdasarkan usia dan tempat tinggalnya. Dari pemeriksaan kemudian dia diketahui lahir di Cardiff, Wales. Laporan berita Inggris kemudian mengindikasikan bahwa orang tuanya datang ke negara itu dari Rwanda, dan keluarga tersebut secara rutin menghadiri gereja.

Beberapa jam setelah serangan itu, akun-akun sayap kanan di media sosial mulai menyebarkan nama fiktif yang terdengar Arab untuk si pelaku dan mengklaim bahwa dia adalah seorang pencari suaka Muslim yang secara ilegal tiba di negara tersebut dengan perahu.

Kerusuhan di Kota Yang Berduka

Malam berikutnya, aktivis sayap kanan menyerukan aksi unjuk rasa di Southport setelah sebuah vigil untuk ketiga gadis tersebut. Unjuk rasa tersebut dengan cepat berubah menjadi kekerasan, dengan ratusan perusuh menyerang sebuah masjid di dekat lokasi penusukan. Mereka melemparkan batu bata, membakar mobil, dan melukai lebih dari 50 petugas polisi.

Kebakaran dan Aksi Tandingan

Saat kerusuhan semakin meluas, organisasi anti-rasisme serta kelompok agama dan komunitas mengadakan aksi tanggapan. Di Liverpool, kota besar terdekat dengan Southport, seruan untuk unjuk rasa pada Jumat (9/8) malam di luar sebuah masjid mengundang kerumunan pengunjuk rasa yang jauh lebih besar untuk melindunginya.

Namun, kekerasan terus meletus. Malam itu di Sunderland, sebuah kota pelabuhan industri di timur laut Inggris, massa sayap kanan menyerang petugas polisi, menjarah toko-toko, membakar gedung-gedung, dan membakar sebuah mobil.

Kerusuhan Meluas

Akhir pekan membawa kekerasan di selusin kota di seluruh Inggris dan di Belfast, Irlandia Utara, saat unjuk rasa sayap kanan berhadapan dengan petugas polisi anti huru hara dan pengunjuk rasa tandingan.

Sebuah perpustakaan dan bank makanan dibakar di Liverpool saat kelompok sayap kanan merusak dan menjarah bisnis, dan di Hull, api dinyalakan dan etalase toko-toko di pusat kota dirusak.

Seorang pemilik kafe di Belfast, Mohammed Idris, menceritakan kepada BBC bagaimana perusuh menyerang bisnisnya, berteriak, "Di mana Mohammed?" dan kemudian membakarnya. Beberapa pengunjuk rasa tandingan di kota itu melemparkan hinaan kepada para perusuh, sementara yang lain meneriakkan, "Pengungsi disambut di sini."

Di Bristol, di barat daya Inggris, pengunjuk rasa tandingan membentuk barisan di sekitar sebuah hotel yang menjadi target aktivis sayap kanan karena percaya bahwa hotel tersebut menampung pencari suaka.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Most Viewed