Pasar Keuangan Indonesia Cerah Usai Inflasi AS Dilaporkan Mendingin

Pasar Keuangan Indonesia Cerah Usai Inflasi AS Dilaporkan Mendingin

Smallest Font
Largest Font

Metapasar - Pasar keuangan Indonesia pada hari Rabu (11/9) bergerak dengan variasi yang berbeda. Meskipun IHSG mengalami sedikit penurunan, nilai tukar rupiah masih menunjukkan tren penguatan, dan obligasi tetap menjadi incaran para investor. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada hari tersebut terpantau relatif stabil, meskipun ditutup melemah tipis sebesar 0,01% ke level 7.760,95. Pada sesi awal perdagangan, IHSG sempat menyentuh angka psikologis 7.800.

Namun, capaian tersebut tidak bertahan lama. Meski demikian, IHSG tetap berada di atas level psikologis 7.700. Total nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp11 triliun, dengan volume transaksi sebesar 19 miliar lembar saham yang diperdagangkan dalam 1,2 juta transaksi. Sebanyak 225 saham mengalami kenaikan, 351 saham turun, dan 220 saham tetap stabil.

Dari segi sektor, sektor teknologi berhasil menahan penurunan IHSG dengan koreksi sebesar 1,66%, sementara sektor konsumer non-primer menjadi penyumbang tekanan terbesar dengan penurunan 2,24%.

Beberapa saham yang berhasil menahan laju penurunan IHSG termasuk saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang masing-masing menyumbang 17,9 poin, 9,3 poin, dan 6,4 poin ke indeks.

Di sisi lain, saham-saham seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) memberikan tekanan terbesar terhadap IHSG dengan masing-masing menyumbang penurunan 11 poin, 8,3 poin, dan 5,6 poin.

Sementara itu, pergerakan rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan kemarin kembali mencatatkan penguatan.

Menurut data Refinitiv, rupiah ditutup di level Rp15.395 per dolar AS, naik 0,32% dibandingkan penutupan hari sebelumnya, Selasa (10/9). Rupiah bahkan mendekati level psikologis Rp15.300 per dolar AS, yang merupakan posisi terkuat sejak awal tahun. Penguatan rupiah tidak hanya didorong oleh melemahnya indeks dolar (DXY), tetapi juga oleh ekspektasi pasar terhadap data inflasi AS untuk Agustus 2024, yang diprediksi turun ke 2,6% year-on-year (yoy).

Sebagai informasi, inflasi AS pada Juli 2024 tercatat sebesar 2,9% yoy, lebih rendah dari ekspektasi, dan turun dari angka Juni yang sebesar 3% yoy. Ini merupakan tingkat inflasi terendah sejak Maret 2021, dengan penurunan signifikan di berbagai sektor.

Penurunan inflasi terlihat pada sektor perumahan (5,1% vs 5,2%), transportasi (8,8% vs 9,4%), dan pakaian (0,2% vs 0,8%). Selain itu, harga kendaraan baru dan bekas juga turun, sementara inflasi makanan tetap stabil. Namun, biaya energi mengalami sedikit kenaikan.

Berdasarkan survei CME FedWatch, mayoritas pelaku pasar (71%) memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sementara 29% memprediksi penurunan sebesar 50 basis poin. Optimisme pasar terhadap pemangkasan suku bunga ini turut menarik aliran dana kembali ke Indonesia, yang berdampak positif terhadap instrumen obligasi.

Menurut Refinitiv, imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun turun 0,66% ke 6,57%. Penurunan imbal hasil ini menunjukkan kenaikan harga obligasi, mengindikasikan tingginya minat investor.

IHSG Diperkirakan Terus Menguat

Pada perdagangan Kamis (12/9), IHSG diperkirakan akan menguat seiring dengan meningkatnya optimisme pasar terkait kemungkinan penurunan suku bunga The Fed.

IHSG dibuka naik 21,06 poin atau 0,27% ke level 7.782,02, sementara indeks LQ45 yang berisi 45 saham unggulan juga naik 4,23 poin atau 0,45% ke level 955,86.

“Hari ini IHSG berpeluang kembali menguat setelah data inflasi AS menunjukkan penurunan yang memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada pekan depan,” kata Fanny Suherman, Kepala Riset Ritel BNI Sekuritas, dikutip dari Antara.

Dari laporan internasional, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 0,2% pada Agustus 2024, sama dengan peningkatan pada bulan Juli. IHK inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi yang fluktuatif, naik 0,3% secara bulanan, melampaui ekspektasi sebesar 0,2%. Data inflasi terbaru ini meredam harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada minggu depan.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow

Most Viewed