Pertama Kali Sejak 2019, Bank Sentral Eropa Turunkan Suku Bunga
Usai berupaya menjaga suku bunga tetap berada di level tertingginya sejak tahun 2019, Bank Sentral Eropa (ECB) pada akhirnya memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan pada Kamis (6/6).
Alasan pemangkasan suku bunga itu adalah karena pihak ECB menilai terdapat adanya kemajuan dalam upaya menekan inflasi yang tinggi. Namun di sisi lain, ECB juga mengatakan jika upaya itu masih belum usai, karena inflasi diprediksi masih akan berada di angka yang cukup tinggi sampai dengan tahun depan.
Sebelumnya dilaporkan jika tingkat inflasi di 20 negara yang memakai mata uang Euro mengalami penurunan sampai dengan 10% lebih, di akhir 2022. Posisi ini sedikit lebih tinggi dari target ECB, yang selisihnya sekitar 2% dalam beberapa bulan terakhir. Turunnya inflasi tersebut sebagian besar dikarenakan rendahnya biaya bahan bakar serta kebijakan normalisasi pasokan pascapandemi.
Sayangnya, kemajuan itu baru-baru ini mulai melambat dan cenderung terhenti serta terlihat cenderung tidak pasti atau bahkan kemungkinan stagnan. Kondisi ini mirip yang terjadi di Amerika Serikat.
Adapun suku bunga deposito yang diturunkan oleh ECB adalah menjadi 3,75% dari yang sebelumnya 4% dan menjadi penurunan yang pertama sejak tahun 2019. Akan tetapi, ECB juga menaikkan prediksi inflasi untuk tahun ini hingga tahun depan, di mana mereka menekankan jika penurunan suku bunga bakal tergantung dengan data yang diterima. Selain itu juga mereka menegaskan jika biaya pinjaman juga harus tetap tinggi guna membatasi harga.
“Walaupun ada kemajuan dalam beberapa bulan terakhir, namun tekanan harga di dalam negeri masih cukup kuat lantaran peningkatan upah. Termasuk juga inflasi yang kemungkinan bakal berada tetap di atas target sampai dengan tahun depan,” bunyi pernyataan ECB yang dilansir dari Reuters.
Usai pengumuman itu, investor di pasar uang pun menurunkan bid mereka atas suku bunga dan hanya memprediksi sebanyak satu penurunan suku bunga lagi sepanjang sisa tahun 2024 ini.
Bagaimana Dengan The Fed?
Kebijakan Bank Sentral Eropa ini mendahului The Fed, yang dijadwalkan bakal mengeluarkan kebijakan baru mereka pada minggu depan. Atas langkah ECB ini, para investor pun yakin jika The Fed masih akan mempertahankan suku bunga mereka sampai dengan setidaknya bulan Juli nanti.
Begitu juga dengan Bank of England yang diperkirakan juga tidak akan menurunkan suku bunga mereka di pertemuan tanggal 20 Juni ini, menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) di negara itu.
“ECB ini bukanlah bank sentral yang dikenal terburu-buru dalam melonggarkan kebijakan mereka,” terang Kepala Ekonom Eropa dari Deutsche Bank Mark Wall.
Kebijakan ini dia pandang sebagai sebuah hawkish walaupun terjadi penurunan suku bunga. Hawkish sendiri biasanya muncul atas respon yang menggambarkan kebijakan moneter yang cenderung kontradiktif. Misalnya saja seperti menaikkan suku bunga atau mengurangi neraca bank sentral.
Sebaliknya pun demikian, di saat bank sentral membahas soal penurunan suku bunga atau meningkatkan pelonggaran kuantitatif sebagai langkah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, pasar kemudian menamainya dengan istilah dovish.
Diketahui juga, inflasi di Uni Eropa mengalami peningkatan melebihi dari perkiraan pada bulan Mei, dari 2,4% menjadi 2,6% dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi inti, yang tidak meliputi harga pangan serta energi mengalami fluktuasi, dan meningkat seiring dengan dinaikkannya upah.
ECB pun memprediksi jika inflasi untuk tahun ini bakal naik sebesar 2,5% dibandingkan perkiraan mereka di bulan Maret lalu. Pihaknya pun masih akan mempertahankan suku bunga, selama kebijakan itu masih dibutuhkan guna menekan lagi inflasi ke target 2%.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow