Perdagangan Wall Street Pekan Ketiga Mei Kompak Anjlok Dipicu Kebijakan The Fed Tekan Inflasi

Perdagangan Wall Street Pekan Ketiga Mei Kompak Anjlok Dipicu Kebijakan The Fed Tekan Inflasi

Smallest Font
Largest Font

Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street dilaporkan mencatatkan penurunan cukup tajam dalam Bursa Saham hari Kamis (23/5). Aksi ambil untung oleh para investor terjadi dalam perdagangan Wall Street kemarin, usai harga saham milik Nvidia melambung. Hal ini ditambah dengan mulai munculnya kekhawatiran atas kebijakan Bank Sentral AS, The Fed. 

Berbanding terbalik dengan saham milik Nvidia, dalam perdagangan Wall Street kemarin indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) mengalami penurunan hingga 1,53% di angka 39.065,26 poin. Kemudian indeks S&P 500 juga turun sebesar 0,74% ke angka 5.267,84 poin serta indeks Nasdaq Composite juga anjlok 0,39% ke angka 16.736,03%.

Sebelumnya pasar begitu antusias atas catatan kuartalan Nvidia, namun antusiasme itu dengan cepat memudar setelah para investor khawatir dengan kebijakan moneter yang baru saja diambil oleh The Fed. 

Adanya laporan ekonomi Amerika yang kuat dengan diwarnai penurunan klaim tunjangan pengangguran serta aktivitas bisnis yang ekspansif, diyakini bakal memicu The Fed untuk menjaga suku bunga dalam level yang tinggi untuk beberapa waktu yang lama, sebagai bagian dari upaya menekan inflasi. 

Kondisi ini pun menyebabkan terjadinya kenaikan imbal hasil Treasury Amerika, yang kemudian memberikan beban terhadap sektor industri yang sensitif akan suku bunga, misalnya saja seperti real estate dan perumahan. 

Walaupun perdagangan Wall Street diramaikan dengan aksi jual para investor, namun sektor teknologi mampu mencatatkan sedikit kenaikan, di mana seperti yang dikabarkan sebelumnya jika saham Nvidia naik. Kenaikan itu setelah perusahaan melaporkan prediksi pendapatan kuartalan yang berada di atas perkiraan dan pengumuman rencana stock split atau pemecahan saham.

Kebijakan The Fed

Hasil dari pertemuan kebijakan yang digelar Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di tanggal 30 April sampai 1 Mei kemarin, memunculkan kekhawatiran dari sejumlah pengambil kebijakan untuk menentukan kapan waktu yang tepat dalam melonggarkan kebijakan terkait.

Pertemuan itu diadakan sebagai tindak lanjut atas serangkaian laporan yang yang menginformasikan jika inflasi masih berada di level yang cukup tinggi dari perkiraan The Fed di awal tahun ini. Pihak The Fed pun sejauh ini masih membidik target inflasi bisa menurun sebesar 2%. 

“Walaupun inflasi sudah mengalami penurunan dalam satu tahun terakhir, akan tetapi untuk beberapa bulan terakhir progressnya masih belum banyak kemajuan untuk menuju ke target 2%,” bunyi pernyataan The Fed dalam rilisan resminya. 

Risalah yang dirilis The Fed juga memaparkan soal komponen harga barang dan jasa, yang sejauh ini masih terus mengalami kenaikan inflasi. Beberapa pejabat The Fed pun berencana untuk semakin mengetatkan kebijakan lebih jauh lagi guna mengatasi risiko inflasi yang masih tinggi.

Bagaimana Dengan Pasar Global?

Sementara itu pasar Eropa mencatatkan koreksi usai mengalami reli awal, di mana indeks STOXX 600 pan-Eropa mengalami kenaikan tipis sebesar 0,07%. Kemudian di Asia, indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang dalam perdagangan kemarin ditutup menurun sebesar 0,38% dan Nikkei Jepang mengalami kenaikan sebesar 1,26%.

Sedangkan harga minyak mentah AS juga ikut turun sebesar 0,9% ke level US$76,87 per barel. Penurunan ini ditengarai akibat dari kekhawatiran akan potensi terjadinya pelemahan permintaan. Emas pun demikian, harganya anjlok hingga level terendah untuk satu pekan ini ke angka US$2.331,23 per ounce. 

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow