Respon Kebijakan BI, Bank Mulai Naikkan Bunga Deposito

Respon Kebijakan BI, Bank Mulai Naikkan Bunga Deposito

Smallest Font
Largest Font

Likuiditas perbankan di Indonesia mengalami penurunan seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).

Berdasarkan data dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) bank pada April 2024 mencapai 113,94%, turun 948 basis poin (bps) dari posisi awal tahun yang sebesar 123,42%. Jika dibandingkan dengan awal 2023, rasio ini turun 1.565 bps dari 128,59%.

Penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada DPK. Pada April 2024, kredit tumbuh sebesar 13,09% yoy, sementara DPK hanya naik 8,21%. Sebagai perbandingan, pada awal 2023, kredit tumbuh 10,64% yoy dan DPK tumbuh 8,18% yoy.

Menurunnya likuiditas mendorong bank untuk meningkatkan bunga Deposito guna menarik lebih banyak dana di pasar. Sepanjang tahun ini, hingga April 2024, bunga deposito industri perbankan turun 3 bps menjadi 4,07%. Namun, dibandingkan dengan awal 2023, bunga deposito sudah naik 31 bps.

Rincian menunjukkan bahwa kenaikan bunga deposito tertinggi terjadi pada kelompok bank bermodal inti (KBMI) IV, sebesar 46 bps, diikuti oleh bank kecil atau KBMI I dengan kenaikan 37 bps. Sementara itu, suku bunga acuan Bank Indonesia naik 50 bps menjadi 6,25% sejak awal 2023 hingga April 2024.

Respon Atas Kebijakan BI

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Sunarso, menyatakan bahwa persaingan likuiditas di pasar adalah respons terhadap kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Oleh karena itu, bank harus optimal dalam menggunakan likuiditas untuk terus tumbuh.

"Kita harus menggunakan likuiditas yang kita terima dengan biaya yang meningkat secara optimal agar tetap produktif," jelasnya pada Jumat, (14/6).

Moch Amin Nurdin, Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menyebutkan bahwa dampak dari tingginya BI Rate akan terasa dalam enam bulan ke depan, mempengaruhi deposito dan mendorong bank untuk menyesuaikan bunga kredit guna menjaga laba.

Presiden Direktur Panin Bank, Herwidayatmo, menyatakan bahwa tingginya suku bunga acuan harus disikapi dengan penyesuaian yang tepat.

“Saya rasa, seluruh pihak yang berkepentingan dalam hal ini, harus mampu untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi pasar yang ada,” terangnya kepada wartawan CNBC Indonesia.

Secara industri, bank belum berani meningkatkan bunga kredit. Pada April 2024, rata-rata bunga kredit masih sebesar 9,25%, sama dengan posisi awal 2023.

Kredit Bunga Tak Ikut Naik

PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) tercatat menaikkan suku bunga deposito hingga 50 basis poin (bps) pada Juni 2024. BCA telah melakukan penyesuaian bunga deposito per 14 Juni 2024, dengan peningkatan bunga deposito rupiah untuk tenor 1 bulan dan 3 bulan.

Awalnya, bunga deposito rupiah BCA untuk tenor 1 bulan dengan nominal di bawah Rp2 miliar ditetapkan sebesar 2,5%, kemudian naik menjadi 3%. Untuk tenor 3 bulan, bunga yang semula 2,85% menjadi 3,25%.

Untuk simpanan dengan nominal di atas Rp2 miliar, bunga deposito tenor 1 bulan naik menjadi 3,25%, sedangkan tenor 3 bulan naik menjadi 3,25% dari sebelumnya 3,15%.

Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan bahwa kenaikan suku bunga deposito mengikuti kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia sebesar 25 basis poin per April 2024 menjadi 6,25%. Meski demikian, kenaikan bunga deposito ini tidak serta-merta diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit.

"Kredit bunga belum naik," ujarnya kepada Bisnis pada Rabu, 19 Juni 2024.

Hera F Haryn, selaku EVP Corporate Communication and Social Responsibility dari BCA menyatakan, bahwa penyesuaian bunga deposito mempertimbangkan kondisi likuiditas, situasi pasar, suku bunga Bank Indonesia, dan kondisi ekonomi. Saat ini, suku bunga deposito rupiah BCA berkisar antara 2,00%-3,25%, tergantung pada tenor yang diambil.

“Pendanaan yang diberikan oleh BCA, mendapatkan dukungan dari dana giro dan tabungan. Oleh karena itu, BCA relatif mampu dalam menjaga cost of funds secara keseluruhan,” lanjutnya.

Mengenai pergerakan suku bunga kredit ke depan, BCA akan mempertimbangkan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, likuiditas, dan situasi pasar sebelum melakukan penyesuaian.

“BCA pun senantiasa menjaga balance, antara ketersediaan likuiditas dengan volume ekspansi kredit agar sehat. Di saat yang sama juga memperhatikan perkembangan kondisi pasar serta resiko,” ungkap Hera.

Ke depan, BCA optimis untuk mempertahankan posisi neraca yang solid dan menjaga profitabilitas. Catatan sepanjangan bulan Maret lalu, besaran likuiditas BCA yang berasal dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada di angka 71,23%. Likuiditas bank didukung oleh DPK yang mencapai Rp1.099,94 triliun, dengan 81,53% berasal dari dana murah (CASA).

Direktur Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan bahwa kenaikan dan penurunan suku bunga deposito harus dianalisis secara mendalam, tidak hanya berdasarkan angka yang terlihat.

“Suku bunga deposito, bukanlah satu-satunya patokan dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi sebuah bank. Ukuran lain yang perlu dipertimbangkan adalah jumlah cash, giro di bank sentral, kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN), dan Loan to Deposit Ratio (LDR)," ujarnya kepada Bisnis.

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow